Biotin (Vitamin H)
Pengamatan pada tikus dan ayam percobaan
menunjukkan ekzema kulit dan bulu di sekitar mata rontok apabila diberi putih
telur ayam mentah dalam jumlah banyak. Sindroma ini dapat disembuhkan apabila
pada makanan ditambahkan kuning telur. Faktor dalam kuning telur yang dapat
menyembuhkan ini mula-mula dinamakan vitamin H. Belakangan diketahui bahwa
faktor ini sama dengan faktor pertumbuhan yang terdapat pada bakteri dan khamir
atau ragi, yang dinamakan koenzim R dan kemudian biotin. Struktur kimianya
ditetapkan pada tahun 1942 oleh du Vigneaud dan sintesisnya berhasil dilakukan
pada tahun 1943 oleh Harris dan kawan-kawan.
Biotin
merupakan derivat imidazol yang tersebar luas dalam berbagai makanan alami. Karena sebagian besar
kebutuhan manusia akan biotin dipenuhi oleh sintesis dari bakteri intestinal, defisiensi
biotin tidak disebabkan oleh defisiensi ditarik biasa tetapi oleh cacat dalam
penggunaan. Biotin merupakan koenzim pada berbagai enzim karboksilase.
1.2 Sifat Kimia dan Kestabilan
Gambar
1. Struktur Kimia Biotin
Biotin
adalah suatu asam monokarboksilat terdiri atas cincin imidasol yang bersatu
dengan cincin tetrahidrotiofen dengan rantai samping asam valerat.
Bagian
imidasol penting sebagai tempat mengikat avidin, protein utama putih telur.
Biotin merupakan kofaktor berbagai enzim karboksilase yang digunakan dalam
sintesis dan metabolisme asam lemak, glukoneogenesis dan metabolisme asam amino
berantai cabang. Biotin tahan panas, larut dalam air dan alkohol serta mudah
dioksidasi.
1.2.1 Klasifikasi dan Struktur
Biotin terdiri atas dua cincin
siklik yang dibentuk dari urea dan cincin tiopen.Strukturnya mengandung tiga
atom karbon asimetrik, dan ada delapan stereoisomer yang mungkin terbentuk, dan
hanya D-biotin yang terdapat di alam dan mempunyai aktivitas vitamin
Biotin
dikenal juga sebagai vitamin H.Nama lainnya adalah Bios II, faktor X, koenzim
R, Bios II B, faktor anti “egg-white-injury”, faktor w, vitamin Bw dan faktor
S. Secara kimia biotin disebut juga cis-tetrahidro-2-2oxotieno
3-4-dimidazol-4-asam valerat atau C10H16N2O3S.
Terdapat dua bentuk yang terjadi secara alami yaitu D-Biotin bebas dan biositin
atau e-N-biotinil-Lysin.
Biositin
berfungsi sebagai bentuk koenzim yang berasal dari residu lisin biotinilasi
yang secara kovalen berikatan dalam gugus protein dari reaksi karboksilasi.
1.2.2 Sifat Fisikokimia
D-biotin
merupakan kristal bubuk berwarna putih atau kristal berbentuk jarum tidak
berwarna. Vitamin ini sedikit larut dalam air (sekitar 22 mg per 100 ml pada 250C)
dan larut dalam alkohol, alkali encer dan air panas, agak larut dalam asam
encer dantidak larut dalam kloroform, eter dan petroleum eter.
Biotin murni
stabil terhadap panas, cahaya, udara, dan asam lemah serta kondisi netral (pH
optimum 5-8). Pada kondisi pH yang sangat tinggi atau rendah menyebabkan biotin
mengalami degradasi.
1.3 Absorpsi,
Transportasi, dan Ekskresi
Vitamin
yang terikat pada protein ini dihidrolisis menjadi biositin yang
diabsropsi bersama biotin bebas dalam
bagian atas usus halus. Biotin diabsorpsi secara aktif dalam duodenum dan ileum
bagian atas, serta disimpan atau digunakan setelah diubah menjadi
biotinil-5-adenilat di dalam hati, otot, dan ginjal. Biositin dihidrolisis
menjadi biotin di dalam plasma.
Biotin dan metabolitnya dikeluarkan
melalui urin dalam jumlah 6-50g/hari. Bila memakan
telur mentah, kompleks biotin-avidin tidak bisa dihidrolisis.Biotin di dalam
usus besar dapat disintesis oleh bakteri, sehingga ekskresi biotin melalui
feses dapat mencapai 3-6 kali lebih besar daripada konsumsi melalui makanan.
Ketersediaan biologik biotin yang disintesis bakteri dalam usus besar bagi
manusia belum diketahui.
1.4 Fungsi
Biotin
Biotin
berfungsi sebagai koenzim pada reaksi-reaksi yang menyangkut penambahan atau
pengeluaran karbon dioksida kepada atau dari senyawa aktif. Sintesis dan
oksidasi asam lemak memerlukan biotin sebagai koenzim. Demikian pula pada
deaminasi, yaitu pengeluaran NH2 dari asam-asam amino tertentu,
terutama asam aspartat, treonon, dan serin serta sintesis purin yang diperlukan
dalam pembentukan DNA dan RNA membutuhkan biotin. Secara metabolik, biotin erat
kaitannnya dengan asam folat, asam pantotenat, dan vitamin B12. Enzim memerlukan biotin mengkatalisis penggabungan
(karboksilasi) atau transfer CO2 (transkarboksilasi). Dalam reaksi
karboksilasi diperlukan ATP, Mg2+ dan biotin, sebagai N-karbaksi
biotinilklisin yang bertindak sebagai pembawa CO2.
Dua langkah dalam reaksi karboksilasi
Langkah 1 :
Enzbiotin + HCD-3 + ATO ® ENZ karboksibiotin + ADP + Pi
Langkah
2 : Substrat + ENZ karboksibiotin ® Substarat terkaboksilasi + enz-biotin
Contoh dari reaksi karboksilasi yang bergantung
kepada biotin adalah reaksi yang dikatalisis oleh karboksidase perivat yang melangsungkan karboksidasi perivat menjadi
aksalo aselat dan karboksidasi propesional KoA menjadi metilmalonil KoA.
1.5 Angka
Kecukupan Biotin Yang Dianjurkan
Angka kecukupan biotin belum diketahui dengan
pasti karena kurangnya pengetahuan tentang ketersediaan biologik biotin dalam
makanan dan kontribusi yang belum pasti dari biotin berasal dari sintesis
bakteri.
1.6 Sumber
Biotin
Biotin terdapat dalam banyak jenis makanan dan di
dalam tubuh dapat disintesis oleh bakteri saluran cerna. Sumber yang baik
adalah hati, kuning telur, serealia, khamir, kacang kedelai, kacang tanah,
sayuran dan buah-buahan tertentu (jamur, pisang, jeruk, semangka, strawberi).
Daging dan buah-buahan merupakan sumber yang kurang baik. Ketersediaan biologik
biotin sebagian ditentukan oleh pengikat dalam makanan. Dalam putih telur
mentah biotin diikat kuat oleh avidin, tetapi bila dimasak akan lepas. Avidin
mengalami denaturasi dan tidak berbahaya.
1.7 Akibat
Kekurangan Biotin
Kekurangan biotin jarang terlihat pada manusia
atau. Gejala kekurangan pada manusia atau hewan bisa terjadi bila memakan putih
telur mentah lebih dari 24 butir telur sehari. Gejala kekurangan biotin bisa
terjadi bila seseorang bergantung secara total pada pemberian zat gizi melalui
parenteral (tidak melalui saluran cerna).
Gejala-gejala kekurangan biotin pada orang dewasa adalah
rasa lelah, kurang nafsu makan, rasa enek dan muntah-muntah, otot sakit, kulit
kering dan bersisik, alopesia (kebotakan setempat), dan kesemutan. Pada bayi
berumur di bawah enam bulan terlihat gejala dermatitis sebore dan alopesia.
1.8 Akibat
Kelebihan Biotin
Akibat kelebihan biotin belum diketahui.
1.9 Pengaruh
Pengolahan
Biotin mempunyai stabilitas yang baik selama
pengolahan. Perlakuan panas hanya menyebabkan kehilangan yang relatif kecil.
Pada produksi susu yang diuapkan dan dikeringkan, kehilangan biotin tidak
mencapai 15%. Selama pengolahan kedelai menjadi tepung dan konsentrat protein
tidak ditemukan kehilangan biotin, tetapi pada pembuatan isolat protein kedelai
diperoleh susut biotin sebanyak 80%. Pada pengalengan beberapa sayuran dan
biji-bijian kehilangan vitamin ini relatif
besar.
1.10 Biotin Sebagai Anti Egg White Injury
Metode analisis dalam
penentuan kadar biotin dapat dilakukan melaui metode tikus percobaan. Metode
ini diujicobakan pada tikus putih jantan.Tikus diberi ransum seimbang dengan
satu-satunya protein yaitu putih telur. Putih telur diberikan dalam jumlah yang
besar dan waktu yang dibutuhkan, untuk gejala-gejala kelainan kulit yang
pertama sebanding dengan kadar biotin dalam ransum. Gejala yang timbul pada
tikus percobaan adalah munculnya ekzema kulit disertai rontoknya bulu di
sekitar mata yang, sindroma ini biasa disebut sebagai egg white injury. Sindroma yang dialami tikus ini dapat disembuhkan
apabila pada makanannya ditambahkan kuning telur atau makanan-makanan yang
mengandung banyak biotin, faktor dalam kuning telur yang dapat
menyembuhkan sindrom tersebut mula-mula
dinamkan vitamin H kemudian dapat disebut juga sebagai biotin. Penentuan jumlah
biotin yang dibutuhkan untuk menghilangkan gejala-gejala sindrom tersebut
menggunakan standar d-biotin murni.
Munculnya sindroma yang
dialami oleh tikus percobaan disebabkan oleh adanya glikoprotein dalam putih telur yang disebut avidin, yang mengikat
biotin dengan sangat kuat sehingga tidak dapat diserap oleh dinding usus, sehingga
vitamin ini tidak berperan sebagai koenzim dan menimbulkan defisiensi biotin. Sehingga peningkatan jumlah
biotin melalui peningkatan konsumsi kuning telur diperlukan agar sindroma yang
dialami tikus percobaan dapat disembuhkan.
0 komentar:
Posting Komentar